Mayoritas awak tim Persis Solo versi Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) memilih bertahan di Kota Solo. Meski tim yang dibelanya baru saja melakoni laga pamungkasnya musim ini saat menaklukan PSIS Semarang, 2-1, di Stadion Manahan (3/6).
Suasana Graha Solo Football yang menjadi markas tim sekaligus mess pemain pun tampak sepi saat disambanganginya, Rabu (6/6). Tak tampak banyak aktivitas terjadi, hanya terlihat bek sayap Dian Fachrudin yang tengah duduk di meja satpam sembari membuka-buka lembaran koran lokal. “Aku tetap tinggal di mess saja, sembari menunggu lunasnya tunggakan gaji yang belum dibayar,” kata Dian.
Ya, alasan belum sepenuhnya gaji dibayarkan itu-lah yang membuat pemain maupun tim pelatih memilih tetap berada di Kota Bengawan. Dari tiga bulan tunggakan gaji, manajemen baru sanggup melunasi 42 persen saja. Itu pun hanya hanya untuk satu bulan gaji. Sisanya masih menunggu turunnya dana dari konsorsium.
“Kalau ditinggal pulang ternyata gaji dibayar, harus balik lagi ke Solo. Ribet. Lebih baik tetap di sini sekaligus terus memantau perkembangan yang ada. Lagipula kalau pulang tidak membawa uang, malu dengan keluarga,” tutur pemain yang tinggal di Tuban, Jatim ini.
Hal serupa dialami pemain lainnya. Stoper Michael Ndubuisi berharap gajinya segera dilunasi. Apalagi keinginannya untuk pulang ke Tanah Airnya di Kamerun sudah tak terbendung lagi. “Pulang ke Kamerun setidaknya butuh biaya Rp 30 juta. Tapi sekarang aku sedang tidak pegang uang. Mana bisa pergi ke sana tanpa uang,” tutur pemain berpostur jangkung itu.
Para pemain khususnya yang juga memboyong keluarganya ke Kota Solo memang dibuat pusing dengan belum turunnya gaji. Bek sentral lainnya, Rusdiansyah yang sempat membawa istri dan anaknya tinggal bersama di sebuah rumah kontrakan di Kota Bengawan sampai harus mengirim kembali keluarganya itu ke Balikpapan.
Nasib tak jauh berbeda dialami Sofyan Morhan. Eks punggawa Persijap Jepara ini bahkan sampai harus menjual sepeda motor matik-nya untuk menutup pengeluaran yang ada. “Kalau tidak nekat begini mana mungkin aku bisa memeriksakan kandungan istriku dan membayar imunisasi anakku,” jelas pemain yang tengah menunggu kelahiran anak keduanya ini.
Setali tiga uang, sang arsitek Junaidi pun mengalami nasib serupa. Gagal membawa tim besutannya promosi ke level teratas, Bang Jun juga masih dipusingkan dengan permasalahan gaji. Padahal, semula ayah dengan dua putra dan satu putri ini sempat merancang kegiatan umrah bersama istrinya.
Gaji yang diterima saat awal-awal menangani tim ditabungnya sedikit demi sedikit dengan harapan nantinya dapat digunakan untuk biaya ke Tanah Suci. “Tapi karena diambil terus akhirnya ya kandas. Nanti kalau (gaji) cair akan kugunakan untuk umrah bersama istri,” tandas juru taktik bertubuh tambun ini.
Sumber : suaramerdeka.com
0 comments:
Post a Comment